Tambo Radja-Radja Mandailing Oleh Dja Endar Moeda
Adapoen
jang dinamai Mandailing itoe, adalah terbahagi atas doea bahagian:
pertama Groot Mandailing dan Patang Natal: kedoea Klein Mandailing Oeloe
dan Pakantan. Djoega radja radja pada kedoea loehak itoe berbahagi atas
doea soekoe; jaitoe, radja radja Mandailing Besar bersoekoe
“Nasoetion”, (nasaktion): ertinja soekoe kiramat, di Mandailing ketjil
ialah soekoe (Loebis), maka nama soekoe loebis itoe, jang diambilnja
dari pada nama sesaorang orang Poelau Soeloe namanja Si Angin Boegis,
klak akan datang bitjaranja.
Sekarang
soedah 17 soendoet orang, telah laloe, adalah kedapatan diloehak
Mandailing ini, doea radja yang termasjhoer; pertama Soetan Perampoen di
Padang Garoegoer; kedoea Soetan Poeloengan di Oeta Bargot.
Alkesah
terseboetlah soeatoe riwajat, pada soetoe hari, pergilah Soetan
Poeloengan radja Oeta Bargot jang terseboet berboeroe roesa, dengan
beberapa pengiringnja. Takdir Allah menjalaklah andjingnja, jang bernama
Sampaga-Toea, maka bereboetlah segala pengiringnja mengedjar
perboeroean itoe, tiba tiba dilihat merikaitoe kiranja saorang anak
laki-laki jang disalak andjing itoe, terletak diatas batoe, jang
diboengkoes dengan kain soetera pelangi, dibawah sepoehoen kajoe
beringin.
Maka
anak itoepoen diambil oranglah dan dibawak kepada Soetan Poeloengan,
selaloe dibawak poelang ke kampoeng dan diberikan kepada saorang boedak
perampoean namanja Saoewa, maka dipiaranjalah anak itoe dengan
sepertinja.
Kata
setengah riwajat, sebab si Saoewa tiada mempoenjai ajer soesoe, maka di
soesoekannjalah anak itoe kepada saekor ……. jang sedang menjoesoekan
anaknja, tempat itoe di namai (baoeroar), sebab itoelah anak itoe
dinamai Nabaoeroar, tetapi setengah riwajat Nabaoeroar itoe diambil dari
pada nama saorang laki laki jang didjadikan pengasoehnja anak itoe,
maka Nabaoeroarpoen semakin hari semakin besar.
Kata
sehiboelhikajat, Soetan Poeloengan ada mempoenjai saorang anak laki
laki jang sama besar dan seroepa dengan Nabaoeroar, baq pinang dibelah
doea, sebab itoelah atjap kali orang kampoeng dan hamba hambanja, sesat
memberi hormat dan memberi makan, oleh kerena itoelah mendatangkan
tjimboeroe kepada Soetan Poeloengan dan isterinja.
Hatta
pada soeatoe hari, waktoe Soetan Poeloengan hendak menegakkan astana,
maka diparentahkanja, soepaja Nabaoeroar dijadikan alas tiang di bosoer
(tiang toea) astana itoe, dan diberi bertanda dengan tjoreng sadah
dikenang Nabaoeroar. Takdir Allah anak Soetan Poeloengan menjoreng
keningnja poela dengan sadah, seperti tjoreng kening Nabaoeroar.
Setelah
Si Saoewa mendengar chabar behasa Nabaoeroar akan didjadikan alas tiang
toea astana, maka dengan segira dibawaknja lari anak itoe dan
bersemboeni pada seboeah dangau sawah jang tinggal, jang soedah dipaloet
oleh akar-akar.
Djadi ditangkap oranglan anak Soetan Poeloengan sselaloe dialaskannjalah ke tapakan tiang astanah roemah gedang, hingga mati.
Waktoe
hendak makan, riboetlah orang mentjahari anak Soetan Poeloengan itoe,
maka tetekala ketahoean bahoea jang dialaskan itoe anak Soetan
Poeloengan, maka orang tjarilah Nabaoeroar, tetekala merikaitoe sampai
hampir dengau tadi, maka barboenilah boeroeng ketitiran diboeboengan
dengan dangau itoe, djadi pada persangkaan orang itoe, tentoe tiada
orang disitoe, bila beorang, njatalah ketitiran itoe, tiada berani
hinggap di sitoe, maka kembalilah merikaitoe, sebab itoelah segala
ketoeroenan Nabaoeroar marsabang (berpantang) makan boeroeng ketitiran,
sampai kepada masa ini.
Sjahdan
nabaoeroarpoen dibawak lari oleh si Saoewah ke seberang Aek Gadang
(Batang Gadis) sehingga damai poroemahan itoe “parbagasan babiat
soboeon”, itoelah tempat peroemahan astana Panjaboengan Tonga jang
sekarang.
Tjerita
ini dipendekkan sahadja, kerena banjak dalamnja tjerita jang tiada kena
oleh akal, apa lagi penoelis bermaksoed sekedar bergoena boeat
taal-land-en volkenkunde sadja.
Di sitoelah Nabaoeroar di gelar Soetan di Aroe, dan meradjai doea kampoeng jang dinamai anak ni Dolok anak ni Lombang.
Tempat
itoelah pertengahan pada segenapo kampoeng jang berkoeliling disana,
maka orang perboeatlah tempat itoe, tempat perdjoedian saboeng ajam,
sebab itoelah tempat itoe orang namakan Panjaboengan sampai kepada masa
sekarang. Lama kelamaan tempat itoe, mendjadi ramai, dan lagi Soetan di
Aroe, sangat ditjinta oleh anak boeah, kerena boedinja sangat baik, dan
amat ditakoeti orang, sebab persangkaan orang Soetan di Aroe anak dewa.
Soenggoehpoen
Soetan Poeloengan soedah tahoe,bahasa Nabaoeroar ada di Panjaboengan,
tetapi ia tiada berani lagi, hanja berdendam sahadja didalam hatinja.
Apakah sebab Nabaoeroar seroepa dengan anak Soetan Poeloengan itoe?
Soenggoehpoen
penoelis memaaloemi hal itoe, akan tetapoi beratlah rasanja akan
menerangkan itoe, melainkan terseboet didalam tambo, Nabaoeroar anak
dari Iskander Sjah. Itoelah laksana hikajat Toeankoe, Pagar Roejoeng,
jang asalnja dari boeah kerambil nioer gading jang di pandjat oleh
Salamat Pandjang Gombak; dimanakah nioer gading itoe sekarang?
Maka oleh kerena saktinjalah Nabaoeroar itoe, diseboet orang soekoe Nasoetion.
Adapoen
Soetan di Aroe itoe, mempoenjai saorang anak jang amat berbahagia ialah
Baginda Mengaradja Enda, Baginda inilah jang mengembangkan dan
memasjhoerkan keradjaan Panjaboengan.
Masa
Baginda inilah Soetan Perampoean Padang Garoegoer dialahkan perang.
Adapoen perang ini asalnja, dari saorang boedak Baginda bernama ompoe ni
Mangaroeng terboenoeh di Loemban Koeajan (Soeroematinggi Ankola Djae)
oleh Radja Bengkas, soedara dari Soetan Perampoean.
Dalam
perang ini, adalah 4 radja radja serikat melawan Baginda; jaitoe,
Padang Garoegoer, Soetan Mendeda, Oeta Bargot, Radja Goemanti Porang,
Pidoli Dolok, Radja Sordang Nagori, Pidoli Lombang, lagi dibantoe
saorang panglima jang amat bernai, Baroeang sodang-dangon, namanja,
orang dari Moera Tais Ankola Djae.
Pada
peperangan ini, menanglah Baginda Mengaradja Enda, oleh kerena Baroeang
Sodangdangon, panglima jang terseboet di atas berchianat, dan djoega
oleh kerena kegagahan saorang poetera Baginda jang bernama Soetan
Koemala Sang Jang di Partoean Radja Oeta Siantar.
Adapoen
Soetan Koemala Sang Jang di Pertoean orang seboet anak dewa djoea,
kerena boroe loebis Roboeran Dolok isteri jang pertama dari Baginda
Mangaradja Enda, soedah toea, tetapi beloem berpoetera. Dengan takdir
Allah hamilah permisoeri itoe dengan tiada di samai oleh Baginda, hal
ini mendatangkan tjimboeroean baginja.
Pada
soeatoe malam diintai oleh Baginda pada astanah permaisoeri itoe, maka
terlihatlah oleh Baginda datang soeatoe tjahaja merahapi kepada
permaisoeri itoelah jang djadi bapak oleh Sang Jang di Pertoean.
Alkesah
waktoe poetoes waris radja di Loemban Sibagoeri, didjepoet oranglah
Sang Jang di Pertoean mendjadi radja di Loemban Sibagoeri, maka
diantarlah ia kesana dengan segala adat kebesaran, sebab itoelah Loemban
Sibagoeri ditoekar nama dengan Oeta Siantar, sebab radjanja, jang
diantar kesana. Masa itoelah Mandailing besar terbahagi atas doea
bahagian 1e; Mandailing Djoeloe, 2e Mandailing Djae; segala jang taaloek
kepada Sang Jang di Pertoean dinamai Mandailing Djoeloe dan segala jang
taaloek kepada Baginda Maharadja Enda dinamai Mandailing Djae, dan
diwataskan di Batoe Gondit dan Ajoeara sidjoembe Porang.
Waktoe
perang Padang Garoegoer soedah selesai, maka tjerai berailah segala
radja jang 4 serikat itoe. Soetan Perampoean dan anak soedaranja Radja
Iro Rongit Sigongonan lari ke Aiti (Tamoese). Fihak Maharadja Tinaja
tinggal di Mompang, itoelah ketoeroenannja Kepala Koeria Aek na Ngali
jang sekarang. Radja Goemanti Porang dan Sordang Nagori lari ke Rao,
ketoeroenan itoelah Toeankoe Laras Sontang dan Tjoebadak, dan Soetan
Mandeda tinggal di Oeta Bargot djoega, sekarang soedah djadi djadjahan
Penjaboengan.
Adapoen
kepada koeria Pidolo, Goenoeng Toea, Baringin, Maga, Moeara Sama dan
Moeara Perlampoengan ialah ke toeroenan Soetan Koemala Sang Jang di
Pertoean Oeta Siantar.
Adapoen
sekalian radja radja (kepala boemi poetera) di keresidinan Tapanoeli
jang teroetama sekali, banjak berboeat bakti kepada daulat Gouvernement,
ialah radja radja Mandailing, sebab menoeloeng Gouvernement waktoe
perang paderi, dan beberapa jang ternama di dalam perang Bondjol dan
Rao, seperti regent Radja Gadoembang, jang di Pertoean kota Siantar,
Gegar Tengah Hari Limo Manis, d. l. l., apa lagi sampai sekarang amat
bersetia dan berchadamat kepada Gouvernement.
Sedjak
keradjaan Baginda Mangradja Enda dan Sang Jang di Pertoean, sampai
sekarang, termasjhoerlah tanah Mandailing sampai kemana mana, hingga
orang Batak, jang pergi merantau kemana mana menjeboetkan jang ia orang
Mandailing djoea, sebab pada negeri lain lain, orang beloem kenal.
Kata
sahib berita, pada masa keradjaan Madjopahit ditanah Djawa, adalah
saorang Nachoda, orang dari Poelau Soeloe bernama si Angin Boegis
berlajar ke Tanah Djawa, maka menjaboenglah nachoda itoe disana. Dalam
perdjoedian menjaboeng ajam ini, ia selaloe kalah, hingga habis
hartanja, tetapi pada soeatoe hari dapat oleh si Angin Boegis toeah ajam
poesakanja, jang dinamakan “Idjo bingkoeang poetih boetan toekang
Madjopahit”. Adapoen sebab dinamainja toeah ajam itoe boeatan toekang
Madjopahit, sebab pada koetika ajam itoe diboeboeh orang, kedapatanlah
padanja didjaitkan orang Madjopahit, bidji sawi hitam. Maka ajam si
Angin Boegis inipoen menang hingga kembali segala kekalahannja, sampai
sekarang toeah ajam jang terseboeat, menjadi poesaka bagi ketoeroenannja
ditanah Mandailing.
Maka
si Angin Boegispoen kawinlah ditanah Djawa beroleh anak laki laki,
Raden Patah namanja. Raden Patah inilah pergi berlajar ke Sumatra
pesisir Barat dan mengadoe kerbau dengan radja Pagar Roejoeng, itoelah
atsal nama Menang Kerbau.
Sesoedah
Raden Patah kalah dari pada mengadoe kerbau itoe, maka berlajarlah ia
meneodjoe sebelah oetara dan meninggalkan saorang anaknja di Moeara
Sjngkoeang bernama Namora Pandai Besi. Namora Pandai Bosipoen moediklah
ke hoeloe sampai ke Siondop jang sekarang, akan tetapi ia tiada tinggal
disana, sebab disitoe soedah ada radja ketoeroenan Toean Tongga Magek
Djabang dari Pariaman., Ranggar Laoet namanya, itoelah ketoeroenan
Siondop dan Soeroematinggi Ankola.
Namora
Pandai Bosi, singgah di Partihaman dekat Losoeng Batoe sekarang, dan ia
mendjadi saorang doekoen jang sangat dihormati orang.
Sjahdan
pada soeatoe hari, adalah radja dari Pidjorkoling, mendapat penjakit
keras sekali, maka dipanggillah Namora Pandai Bosi akan mengoebati radja
itoe, setelah dioebatinja radja itoepoen semboehlah dari penjakitnja.
Namora Pandai Bosi memintak djadi selimoet jang lebar, jaitoe sapotong
tanah, itoelah Loboe Sitardas jang dekat Tolang sekarang. Maka Namora
Pandai Bosi mendirikan kampoenglah disana dan mendjadi radja disitoe,
lagi ia sangat pandai didalam pekerdjaan toekang besi, sampai sekarang
masih banjak keris boetannja jang djadi poesaka bagi ketoeroenannja dan
kepada orang lain djoega.
Kata
Sahiboelhikajat, maka pada soeatoe hari, Namora Pandai Bosi pergi
menjoempit boeroeng ke Ajoeara na bobar namanja, [sepoehoen kajoe
baringin]. Maka Namora Pandai Bosi, menjoempitlah dari satoe tempat jang
soedah diperboeatnja diatas dahan kajoe baringin itoe, maka banjaklah
jang soedah djatoeh boeroeng jang di soempitnja itoe, laloe toeroenlah
ia, tetapi saekorpoen tiada diperolehnja, djadi hairanlah ia memikiri
hal itoe maka bersemboenilah ia laloe menjoempit poela, tetekala
boeroeng itoe djatoeh, nampaklah padanja datang saorang perampoen
mengambil boeroeng jang djatoeh kena soempit itoe. Setelah Namora Pandai
Bosi, melihat perampoean itoe, maka toeroeanlah ia, laloe ditangkapnja
perampoean itoe, hingga regang meregang, achirnja perempoean itoe
membawa dia keroemah bapanja, dan iapoen kawinlah dengan perempoean
itoe.
Kata
setengah riwajat perampoean itoe anak Loeboe, kerena sekarang pada
goenoeng barisan jang bersamboeng dengan goenoeng disitoe, terdapat
beberapa Loeboe. Tetapi pada pendapat penoelis ini, boleh djadi dari
anak oarng boenian, kerena sekarang adalah terdapat, jang diseboet orang
kampoeng, orang siboeniandi Naboendong djalan ke Padang Lawas,
bertentangan dengan kajoe baringin jang terseboet diatas. Sesoedahnja
hamil perampoean itoe, Namora Pandai Bosipoen kembalilah ke kampoengnja.
Setelah
genap boelannja, dilahirlah anak Namora Pandai Bosi, kembar, jaitoe
doea orang laki laki jang dinamai oleh maknya Si Baitang dan Si
Langkitang.
Sesoedah
Si Baitang dan Si Langkitan beroemoer 16 tahoen maknjapoen menjoeroeh
merikaitoe mentjahari bapanja; maka pergilah merikaitoe mentjahari
bapanja, Namora Pandai Bosi. Lama kelamaan sampailah merikaitoe di Loboe
Sitardas, dimana kampoeng bapanja.
Maka maaloemlah bagaimana besar hati Namora Pandai Bosi waktoe ia tahoe, bahoea kedoea anak itoe anaknja.
Adapoen
Si Baitang dan Si Langkitang, tinggallah dengan bapanja, bekerja
toekang besi. Oleh ketjakapan dan kepandaian kedoea anak itoe, maka
tjimboeroeanlah isteri Namora Pandai Bosi jang toea, kerena pada
sangkanja, tentoe anaknja nanti terbelakang dan Si Baitang serta Si
Langkitang termoeka. Oleh sebab itoe, setiap hari ditjatjinja kedoea
anak itoe dan dikatanja anak bintjatjak, anak bintjatjau, anak singiang
ngiang rimbo, anak dapeq ditepi bandar.
Oleh
kerena maki dan nista itoe, moefakatlah kedoea anak itoe akan pergi
dari sana laloe pergilah merekaitoe minta idzin dari bapanja, dan
bapanjapoen memberi idzin, dan memberikan tandoek kerbau moering dan
saboeah soempitan; maka kedoea barang itoe, kiranja telah diisi oleh
Namora Pandai Bosi dengan emas, soepanja bininja djangan tahoe ia
memberikan emas itoe. Maka pergilah merikaitoe dan tinggal berladang
diloear kampoeng, tiada begitoe djaoeh dari kampoeng itoe.
Waktoe
Namora Pandai Bosi meninggal doenia datanglah Si Baitang dan Si
Langkitang membawa saekor kerbau akan toeroet berkaboeng, dalam hal
itoe, isteri Namora Pandai Bosi dan anak anaknja tiada memberi idzin
merikaitoe masoek dikampoeng Sitardas, maka dipotongnja kerbau jang
dibawa merikaitoe diloear kampoeng itoe, diikatnja dimana sapoehoen
kajoe bangsa patai, jang poetjoeknja dihantakkan ketanah, sampai kini
dahan kajoe itoe semoeanja mengadap kebawah, jang orang namai poehoen
itoe “rampa simanoenggaling”.
Setelah
selesai dari pada jang demikian itoe, maka pergilah merikaitoe
mentjahari tempat, dimana ada bersoea moeara batang ajer jang
bertentangan, kerena sepandjang oesiat bapanja Namora Pandai Bosi.
Maka
bersoealah merikaitoe dengan moeara batang ajer bertentangan di Kota
Nopan, maka tinggallah merikaitoe disitoe mendirikan kampoeng, itoelah
kampung jang dinamai Si Ngengoe.
Si
Baitang tinggal di Si Ngengoe, itoelah ketoeroenan Kepada koeria Si
Ngengoe, Tambangan dan Soeroematinggi, dan Si Langkitang pergi arah
kemoedik, itoelah ketoeroenan kepala koeria Tamiang, Manambin, Pakantan
Lambah dan Pakantan Boekit; demikianlah tambo kedoea ketoeroenan ini
ditoelios dengan ringkas sahadja menoeroet karangan Radja Moelia.
Riwajat Poelau Sumatra N. Venn Snelspersdrukkerij Insulinde Padang 1903 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar